Sunday, August 31, 2008

Download Your FREE Ramadhan Ultimate Guide : by IRM

Get it here

Whats inside..
general info, preparation guide, my ramadhan checklist, top deeds, last 10 days, act of worship, after ramadhan, Eid celebration, and more...


Source



Read More......

Tuesday, October 9, 2007

Alamat atau Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar : Part 2



Soal 2 : Apa alamat/tanda malam Lailatul-Qodar?

Jawab: Lailatul-Qodar mempunyai beberapa alamat/tanda, baik secara langsung (yaitu pada malamnya) maupun setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya).

Adapun alamat secara langsung (yaitu pada malamnya) di antaranya:

1. Sinar cahaya sangat kuat pada malam Lailatul-Qodar dibandingkan dengan malam-malam yang lainnya. Tanda ini pada zaman sekarang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang tinggal ditempat yang jauh dari sinar listrik atau sejenisnya.



2. Bertambah kuatnya cahaya pada malam itu.
3. Thuma’ninah. Yaitu ketenangan dan kelapangan hati yang dirasakan oleh orang-orang yang beriman lebih kuat dari malam-malam yang yang lainnya.
4. Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul-Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya):

“Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”.


(HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya).

Kemudian hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya) “Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak didalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)

5. Terkadang Alloh memperlihatkan malam Lailatul-Qodar kepada seseorang dalam mimpinya. Sebagaimana hal ini terjadi pada diri para shahabat Rosululloh .
6. Kenikmatan beribadah dirasakan oleh seseorang pada malam Lailatul-Qodar lebih tinggi dari malam-malam yang lainnya.

Adapun alamat setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya) di antaranya: Matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tidak tersebar sinarnya dan tidak menyilaukan, berbeda dengan hari-hari biasanya. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Ubay bin Ka’ab yang mengatakan: “Sesungguhnya Rosululloh mengkabarkan kepada kami:

“Sesungguhnya Matahari terbit pada hari itu dalam keaadaan tidak tersebar sinarnya”. (HR. Muslim no.762, 2/828)


Adapun alamat yang menyebutkan bahwa tidak ada atau sedikit gonggongan anjing pada malam Lailatul-Qodar adalah tidak benar, karena terkadang dijumpai pada 10 malam terakhir di bulan Romadlon anjing dalam keadaan menyalak/menggonggong. (Syaikh Utsaimin)

(Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid dari Fataawa Lajnah ad Da’imah, Syarhul Mumthi’ Ibnu Utsaimin, Fataawa wa Rasaail Ibnu Utsaimin, dan Majmu’Fataawa Syaikh Shalih Fauzan)

Sumber : Buletin Da’wah Al-Atsary, Semarang. Edisi 18 / 1427 H
Dikirim via email oleh Al-Akh Dadik

source |[darussalaf.org]



Read More......

Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar : Part 1



Soal 1: Malam Lailatul Qodar itu jatuh pada hari ke berapa?

Jawab: Di dalam Al-Qur’an tidak diterangkan pada malam ke berapa malam Lailatul Qodar itu jatuh, tetapi di dalam hadits diterangkan bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 hari awal di bulan Ramadhan menginginkan malam Lailatul Qodar, kemudian beliau beri’tikaf pada 10 hari pertengahannya dan mengatakan (yang artinya):



“Sesungguhnya malam Lailatul Qodar itu jatuh pada 10 hari akhir di bulan Ramadhan”. Beliau melihatnya dan beliau sujud di waktu shubuh di tempat yang berair bercampur tanah, kemudian pada malam ke-21 di saat beliau i’tikaf, turunlah hujan maka mengalirlah air hujan tersebut pada atap masjid karena masjid Nabi shallallahu alaihi wa sallam terbuat dari anjang-anjang. Beliau menjalankan sholat subuh bersama para sahabatnya kemudian beliau sujud. Anas bin Malik berkata: ‘Aku melihat bekas air dan tanah dikeningnya, maka beliau sujud ditempat yang berair bercampur tanah.” (HR. Bukhori no.669 dan 2016, Muslim no.1167, dan 216 dari shohabat Abu Sa’id Al-Khudri).


Hadits di atas menunjukkan bahwa malam Lailatul-Qodar pada saat itu jatuh pada malam yang ke-21. Sedangkan para sahabat Rosululloh melihat dalam mimpi mereka bahwa malam Lailatul-Qodar jatuh pada malam ke 27. (HR. Bukhori no.2015, Muslim no.1165 dari shohabat Abdulloh bin ‘Umar ).

Yang shohih dari perbedaan para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul-Qodar pada 10 hari terakhir adalah berpindah-pindah pada setiap tahunnya, terkadang pada tahun ini jatuh pada malam yang ke 21, kemudian pada tahun berikutnya jatuh pada malam yang ke 29, 25 atau 24.

dapun hikmah berpindah-pindahnya malam Lailatul-Qodar supaya orang-orang yang malas menjalankan ibadah, mereka bersemangat untuk menjalankan ibadah pada 10 hari terakhir di bulan Romadlon. Hikmah yang lainnya juga yaitu agar menambah amal shalih seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Syaikh Utsaimin)

(Yang amat penting, jangan dipersiakan barang satu malam pun di bulan Ramadhan ini ji ka kita benar-benar mahu mencari keredhaan dan keampunan dari Allah. Wallahualam )

source



Read More......

Monday, October 8, 2007

Surah Al-Qadr : Mencari Malam yg lebih baik daripada seribu bulan



Surah Al-Qadr
[1]
Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar,
[2]
Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu?
[3]
Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan.
[4]
Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut);
[5]
Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!

Read More......

Sunday, October 7, 2007

Niat Berpuasa Sebulan Ramadhan : Boleh atau Tidak?

Sumber diperolehi sewaktu melakukan 'gelungsuran' harian.
via[alfurqanbbs]

Puasa mempunyai 2 rukun asas iaitu berniat puasa dan menahan diri daripada perbuatan yang membatalkannya dari terbit fajar hingga ghurub(terbenam) matahari. Antara rukunnya ialah niat. Niat ialah mengqosodkan puasa dan tempatnya di dalam hati dan tidak memadai dengan lisan/lafaz. Malah tidak disyaratka dengan melafazkannya. Ini berdasarkan hadis, “Sesungguhnya setiap amalan adalah dengan niat.”



Niat puasa Romadhon ada syaratnya iaitu:-

1. Berniat pada waktu malam iaitu sebelum terbit fajar. Jika tidak berniat sehingga terbit fajar puasanya terbatal.

2. Menentukan jenis puasa iaitu niat puasa romadhon
3. Niat berulang-ulang. Seseorang hendaklah berniat puasa untuk hari yang berikutnya pada setiap malam sebelum fajar terbit. Tidak memadai niat sekali sahaja untuk sebulan. Ini adalah kerana puasa romadhon bukanlah ibadat yang tunggal tetapi ia ibadat yang berulang-ulang dan setiap satu ibadat mempunyai niat yang tersendiri. Berlainan dengan puasa sunat yang tidak disyaratkan berniat pada waktu malam.[1]

Perkara ke-3 inilah menjadi banyak kekeliruan bukan sahaja di kalangan orang awam tetapi juga di kalangan para ustaz yang tidak merujuk kepada pandangan Imam Syafi’i.

________________________________________________________________

Sumber rujukan adalah berdasarkan kitab fiqh manhaj Imam As-Syafie, Jilid kedua Susunan Dr. Mustafa al-Khin, Dr. Mustafa al-Bugha dan Ali Syarbaji yang diterjemah dan diterbitkan oleh Jabatan Mufti Negeri Sembilan, Malaysia.

[1] Dr. Mustafa al-Khin, Dr. Mustafa al-Bugha dan Ali Syarbaji, Manhaj Fiqh Al-Syafi’i, Jabatan Mufti Negeri, Negeri sembilan, Jilid II, Cet. 2, hal. 147-150.

Reader Comments

Comment Number:
1
Written by:

Posted on:
September 13, 2007 at 1:08 am

3. Rukun puasa

Rukun puasa ada dua iaitu;

a) Niat

b) Menahan diri dari melakukan perkara-perkara yang membatalkan puasa

Di bawah ini kita akan huraikan dengan terperinci rukun-rukun puasa di atas.

Niat

Rasulullah memerintahkan agar setiap orang yang hendak berpuasa supaya berniat terlebih dahulu. Sabda baginda s.a.w.;

مَنْ لَمْ يبَيِّت الصِّيَامَ قَبلَ الفَجرِ فلا صِيامَ لَهُ
“Sesiapa yang tidak meniatkan puasa pada malam hari sebelum terbit fajar, maka tiadalah puasa baginya”.
(Riwayat Imam Daruqutni dan Baihaqi dari Aisyah r.a.)

Niat puasa bermaksud mengqasadkan puasa iaitu berazam di dalam hati untuk melakukan puasa. Bagi puasa Ramadhan, niat hendaklah dilakukan pada waktu malam sebelum terbitnya fajar sebagaimana diperintahkan Rasulullah dalam hadis di atas.

Lebih jelas lagi, para ulama’ mazhab Syafi’ie menggariskan tiga syarat yang perlu dipenuhi agar sahnya niat bagi puasa Ramadhan (dan juga puasa-puasa wajib yang lain iaitu puasa nazar dan kifarat). Tiga syarat tersebut ialah;

a) Dilakukan niat pada malam hari sebelum terbit fajar (yang menandakan masuk waktu subuh). Jika dilakukan selepas terbitnya fajar, maka batallah niat itu dan dengan itu tidak sah pula puasa.

b) Hendaklah dita’yinkan (ditentukan jenis puasa) iaitu diqasadkan dalam hati bahawa puasa yang hendak dikerjakan besoknya adalah puasa Ramadhan (atau puasa nazar atau puasa kifarah). Jika diqasadkan semata-mata puasa (tanpa penentuan puasa Ramadhan atau sebagainya itu) maka tidak sah niat puasa itu.

c) Diulang-ulangkan niat pada setiap malam. Hendaklah niat dilakukan pada setiap malam. Tidak memadai –dalam mazhab Syafi’ie- niat dilakukan sekali sahaja bagi keseluruhan bulan Ramadhan. Ini kerana puasa Ramadhan bukanlah ibadat yang satu tetapi ibadat yang berulang-ulang pada setipa hari, maka kerana itu wajib diniatkan berasingan bagi setiap hari di dalam bulan Ramadhan itu.

Melafazkan niat dengan lidah

Tempat niat adalah dalam hati. Jadi melafazkan niat dengan lidah tidaklah menjadi syarat sahnya niat. Di sisi ulama’ mazhab Syafi’ie melafazkan niat dengan lidah itu hukumnya sunat kerana ia membantu menghadirkan niat di dalam hati. Lafaz niat puasa Ramadhan yang sempurna ialah;

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَاْنَ هَذِهِ السَّنَةِ لَلَّهِ تَعَالَى
“Sahaja aku berpuasa pada besok hari bagi menunaikan fardhu Ramadhan pada tahun ini kerana Allah Ta’ala”.

Melafaz niat untuk sebulan sekaligus

Di sisi jumhur ulama’ (termasuklah ulama’ mazhab Syafi’ie), niat puasa hendaklah dilakukan pada setiap malam. Tidak memadai niat sekaligus untuk keseluruhan bulan Ramadhan. Namun hal ini harus di sisi ulama’-ulama’ mazhab Maliki di mana mereka berpandangan harus berniat pada malam pertama Ramadhan untuk berpuasa pada keseluruhan hari dalam bulan Ramadhan.

Comment Number:
2
Written by:

Posted on:
September 13, 2007 at 1:44 am

مَنْ لَمْ يبَيِّت الصِّيَامَ قَبلَ الفَجرِ فلا صِيامَ لَهُ
“Sesiapa yang tidak meniatkan puasa pada malam hari sebelum terbit fajar, maka tiadalah puasa baginya”.
(Riwayat Imam Daruqutni dan Baihaqi dari Aisyah r.a.)

Berkenaan hadith di atas ialah berkaitan dengan Niat puasa harus dilakukan pada malam hari sebelum masuk waktu subuh. Istilah yang sering digunakan adalah tabyitunniyah, atau mengsabitkan niat. Maksudnya, di malam hari seseorang wajib berniat bahawa besoknya dia akan melaksanakan puasa.

Untuk makluman syarat tabyitunniyyah sebagaimana yang disebut dalam hadith tersebut hanya untuk puasa wajib saja seperti puasa Ramadhan, puasa nazar, puasa qadha’ dan puasa kaffarah saja dan tidak bagi puasa-puasa sunat seperti puasa Isnin dan Khamis, puasa ayyamul biiydh, puasa 6 hari bulan Syawwal dan seterusnya, yang tidak memerlukan kepada tabyitunniyah sebagaimana yang dilaporkan oleh Aisyah mengenai puasa sunnah Nabi.

Persoalan yang timbul, apakah niat puasa di bulan Ramadhan itu harus dilakukan setiap malam, ataukah boleh dilakukan hanya di malam pertama Ramadhan saja. Untuk menjawab masalah ini, para ulama berbeda pendapat.

1. Jumhur Ulama: Wajib Setiap Malam

Menurut jumhur ulama, niat itu wajib dilakukan pada setiap malam yang besoknya kita akan berpuasa secara berulang atau satu persatu bagi setiap hari puasa dan tidak boleh digabungkan untuk satu bulan.

Ini adalah disebabkan puasa merupakan ibadah yang terpisah dan tidak digabungkan dalam satu kerana seseorang akan berniat untuk puasa di suatu hari dan boleh juga berniat tidak puasa di hari lainnya atas pelbagai sebab seperti uzur, sakit dan musafir.

Oleh itu, jumhur ulama mensyaratkan harus berniat meskipun tidak memerlukan lafaz niat pada setiap malam hari bulan ramadhan. Tanpa niat tiap malam, puasa menjadi tidak sah untuk dilakukan, lantaran seseorang tidak berniat puasa.

2. Kalangan Fuqaha Al-Malikiyah: Boleh Niat Untuk Satu Bulan

Sedangkan kalangan fuqaha dari Al-Malikiyah mengatakan tidak ada dalil nas yang mewajibkan untuk setiap malam melakukan niat yang terpisah. Bahkan bila berpandukan kepada ayat Al-Quran Al-Karim, jelas sekali perintah untuk berniat puasa satu bulan secara langsung dan tidak diniatkan secara setiap malam.

Ayat yang dimaksud oleh Al-Malikiyah adalah:

…Siapa yang menyaksikan bulan (Ramadhan) itu hendaklah dia berpuasa…(QS. Al-Baqarah: 185)

Menurut mereka, ayat Al-Quran Al-Karim sendiri menyebutkan hendaklah ketika seorang menyaksikan bulan itu, dia berpuasa. Dan bulan adalah isim (katanama) untuk satu tempoh waktu. Berpuasa sejak hari awal hingga hari terakhir dalam bulan itu merupakan sebuah satu ibadah yang satu dan menyeluruh dan tidak terpisah-pisah.

Dalam hal ini mereka membandingkannya dengan ibadah haji yang membutuhkan masa pengerjaan yang berhari-hari. Dalam haji tidak perlu setiap hari melakukan niat haji. Cukup di awalnya saja seseorang berniat untuk haji, walaupun pelaksanaannya boleh dilakukan dalam masa seminggu.

Demikian perbedaan pendapat di antara para ulama. Maka buat kita di Malaysia yang berpandukan As-Syafi’yyah adalah mengikut pandangan Jumhur Ulamak walaupun tidak ada salahnya bila kita melakukan ikhtiyat, dengan cara kita berniat di awal Ramadhan untuk berpuasa sebulan, sebagaimana pendapat para ulama mazhab Malikiyah. Namun jangan lupa setiap malam untuk berniat lagi, demi memenuhi ijtihad jumhur ulama. Kalau seandainya terlupa, setidaknya sudah berniat di awal Ramadhan.

wallahualam



Read More......